Skip to main content

Cerbung : Kuhormati Keputusanmu Episode 2



Sebuah kisah nyata yang sebagian telah dirubah kejadiannya.

Cerita By : AJ Hara, Ferra H, Vina A.

Edit By : Satria.

CERBUNG : Kuhormati Keputusanmu Episode 2


Hari demi hari masalah yang ada dipikiran Hermansyah berlangsung normal kembali dalam kehidupan rumah tangganya, Reyne sang istri hafal betul suaminya tidak pernah bohong, 20 tahun waktu cukup untuk mengenal suaminya. Hermansyah cenderung manusia yang rutin. Pulang kantor mandi dan bersiap ke masjid, Pulang dari masjid seringnya mengaji di rumah sampai Isya, Pulang dari masjid sholat Isya dilanjutkan makan malam yang penuh kehangatan. Reyne selalu menemukan cinta di mata suaminya setiap saat dia memandangnya, setiap hari, Setiap saat dia menemukan itu di sana.

Hermansyah manusia jujur seperti yang senantiasa diajarkan ayahnya dulu. Kejujuran di atas segalanya, Tuhan menempatkan orang jujur selalu di dekatnya karena kejujuran adalah kebaikan yang paling tinggi, Demikian selalu wejangan ayahnya, almarhum Hermawan Liem.

Usaha butiq serta konveksi yang sekarang ditekuninya adalah warisan dari ayahnya. Sejak lima tahun lalu ayahnya meninggal karena sakit jantung dan tiga tahun kemudian ibunya menyusul. Hermansyah memiliki satu saudara, Perempuan, Anita Pratiwi ia seorang dokter yang mengambil spesialis kandungan. Suaminya seorang tentara dengan pangkat perwira menengah, orang baik namanya Ikrom Wiratmaja, Asli orang Jawa tapi mereka memilih tinggal di Jakarta. Usaha butiq serta konveksi peninggalan ayahnya sudah terlanjur seperti sekarang ini, Ada banyak orang yang menggantungkan hidupnya di sana. Maka Hermansyah menjalankannya dengan sebaik-baiknya demi karyawan-karyawannya itu.

Dalam menjalankan pekerjaan kadang Hermansyah sering pergi keluar kota bahkan keluar negri, Hal itu membuatnya selalu meninggalkan rumah, Namun kemanapun ia pergi dan selalu bertemu para konsumennya. Terkadang bisa tiga hari bahkan seminggu. Jika lebih dari itu berarti ada negosiasi dan menyusun kontrak dilakukan secara simultan. Kalau perlu menginap karena urusan kantor maka Hermansyah selalu mengajak istrinya, Tidak pernah tidak. Belum pernah ada kejadian Hermansyah tidak tidur di rumahnya tanpa mengajak istrinya, Selalu begitu selama 20 tahun.

Uniknya lagi perjalanan bisnis yang Hermansyah lakukan jika mengajak istrinya seringkali ia menganggapnya bulan madu. Apapun tempatnya baik hotel ataupun Villa Hermansyah bilangnya pasti bulan madu yang sekian kalinya. Selalu seperti itu terus hingga perkawinan mereka berlangsung dua puluh tahun. Sepekan berlangsung sudah sejak peristiwa mimpi itu, kehidupan mereka sudah normal, Meski semua itu seperti main petak umpet dihati Hermansyah. Rumah tangganya normal maka hasrat menikahi Ningsih semakin besar, Tetapi di sisi lain keberanian Hermansyah untuk menyampaikan itu kepada Reyne istrinya semakin ciut seciut-ciutnya.

Sedangkan Ningsih sendiri tidak pernah menelpon Hermansyah, Maupun main kerumahnya. Sejauh ini selalu Hermansyah yang datang ke rumahnya, Dilanjutkan dengan ngobrol di situ atau keluar. Bagi Ningsih apa yang didapatkan dari kebaikan hati Hermansyah sudah lebih dari cukup. Anak-anaknya kembali sekolah dan warungnya semakin banyak isinya, Sepertinya keuntungan dari warung kecilnya tidak lagi menjadi penghasilan utama, Karena Hermansyah selalu memberinya uang di dalam amplop, Setiap mereka bertemu. Hidup ini tidak selalu ideal demikian menurut pemikiran Ningsih, Biarlah ia menerima apa pun pemberian Hermansyah, Senuanya diterimanya dengan ikhlas dan tidak mengaitkannya dengan apa pun.

Pernah Hermansyah menyatakan dirinya ingin menikahi Ningsih, Namun Ningsih hanya menanggapinya dengan senyuman saja. Ia tidak punya mimpi sejauh itu, Baginya semua kebaikan Hermansyah sudah lebih dari cukup, Apa yang ia terima melebihi dari apa yang dirinya bayangkan.

Menjadi istri mudanya Hermansyah? Sangat terlalu jauh bagi Ningsih. Ia tidak berani, Bahkan melamunkannya pun Ningsih sangat takut. Intinya bagi Ningsih ia enggan mengganggu kebahagiaan rumah tangganya Hermansyah. Amrana, Almarhum suaminya dulu juga orang baik. Amrana sarjana biologi IKIP dizaman itu. IPK-nya pas-pasan 2,5 dengan nilai rata-rata C+, Dan itu tak cukup kuat untuk bersaing di dunia pendidikan untuk menjadi guru. Mereka bertemu di suatu acara seminar MLM di jaman itu, Berkenalan dan dilanjutkan dengan saling berkenalan lebih dekat hingga mereka menikah. Amrana Maulana sarjana Biologi berjuang keras hari demi hari untuk mewujudkan impiannya, Ia ingin membahagiakan Ningsih dan memberangkatkan orang tua mereka ke Tanah Suci.

Akan tetapi kenyataan tak selalu seindah rencana, Realita menghempaskan Amrana menjadi sopir angkotnya Haji Dahlan juragan angkot, Trayek Serang-Tangerang. Siang malam Amrana bekerja hingga mengalami sakit pneumonia, Yang tidak terobati dengan baik hingga menjadi akut dan mengakhiri kehidupannya. Dan semua mengkandaskan ekonomi mereka kepada warung kecil sehari-hari Ningsih.

Hari terus berganti, Sebulan sudah sejak peristiwa mimpi itu, Tak sehari pun Hermansyah berhenti berdoa memohon kepada Yang Maha Kuasa agar diberikan jalan solusi tentang cintanya yang tak kunjung padam kepada Ningsih, Setiap berdoa Hermansyah selalu menengadahkan tangannya sambil mengangkat wajahnya ke langit, Memohon dan memohon untuk diberikan jalan keluar dengan kalimat yang sama dan diulang-ulang.

Namun langit tetap diam, Hanya awan biru yang berarak membentang tak berujung diatas awan-awan lainnya, Jika malam hari langit menampilkan ensemble bintang gemintang dengan perbedaan intensitas cahaya yang berbeda-beda pada setiap bintang. Sedangkan musik tanpa suara tak pernah akan indah atau membuat semangat gairah. Akan tetapi diamnya langit dan awan bisa menjadi kesan berbeda bagi setiap orang yang menilainya.

Kegundahan serta keinginan yang Hermansyah alami ternyata semua itu dapat dibaca oleh Reyne istrinya. Hingga tanpa Hermansyah sadari selama ia pergi ketempat kerjanya sang istri selalu menguntitnya dari kejauhan. Bahkan saat Hermansyah keluar kantorpun sang istri tahu kemana ia pergi, Termasuk kerumah Ningsih. Namun Reyne sang istri hanya diam, Iapun selalu berusaha tersenyum didepan suaminya.

Hingga suatu malam, Baik Reyne dan Hermansyah setelah keduanya selesai menikmati hidangan dimeja makan. Mereka nampak mesra mengobrol santai. Hingga Reynepun mulai berkata.

“Pa. kenalkan dong wanita itu"... Ucap Reyne istrinya, Yang tiba-tiba berkata dan membuat seluruh darah di tubuh Hermansyah seakan berhenti, Jantungnya seakan diam karena kaget. Hernansyah menatap istrinya dengan tatapan penuh ketakutan seperti mata tikus bertemu mata kucing. Tapi tikus bisa lari sedangkan Hermansyah nampak terpaku ke kursi makan.

Sejenak Hermansyah menghela nafas panjang... “Aku tidak menikahinya"...Jawab Hermansyah mencoba terbuka, Sambil ganti menatap mata istrinya.

Reyne nampak tersenyum dan tidak terlihat emosi, Ia tetap tenang dan baik-baik saja. Padahal bagi suami istri lain permbicaraan seperti ini adalah awal perang dunia.

Reynepun kembali berbicara dengan tenang...“Pa, Sejujurnya aku tidak pernah mimpi sejelas itu sepanjang hidupku, Baru kemarin itu saja, Semua begitu jelas terlihat dan tergambar"... Seru Reyne sang istri.

“Pa, Perkawinan kita ini begitu sempurna, Aku berbahagia hidup bersamamu sepanjang perjalanan waktu ini, Tetapi ada banyak perempuan yang tidak bisa sebahagia kita, Mereka punya bermacam masalah yang tidak mampu mereka selesaikan sendiri"... Seru Reyne kembali berkesan lirih.

Hermansyah mendengarkan dengan jantung yang semakin keras berdebar-debar. Sampai Reynepun kembali berkata.

“Aku mungkin hidup panjang umur tapi juga mungkin pendek umur, Tidak ada yang tahu soal umur kita, Tidak ada yang menjamin kita hidup sebulan lagi atau setahun atau sepuluh tahun lagi"..

Hermansyah masih terus mendengarkan istrinya bekata... “Besok bawa aku kepadanya Pa, Kenalkan aku kepadanya. Aku ingin berbagi kebahagiaan dengan perempuan itu, Perempuan sederhana yang hadir di mimpiku"... Ungkap Reyne sambil terhisak, Menahan tangis.

Hermansyah bangkit dari duduknya iapun berusaha sigap, Dan segera memeluk istrinya dengan dekapan yang dia rasakan paling penuh cinta, Air matanya tak terasa mengalir, Semakin deras. Mereka berpelukan lama sekali, Hingga semuanya nampak larut dalam keheningan malam.

Esokan harinya, Pagi-pagi sekali Hermansyah menelepon Agus Sarilah, Ia mengabarkan bahwa mungkin sampai siang dia tidak akan ke kantor karena ada urusan. Reyne berpakaian sederhana, berkerudung dengan make up yang tipis, Tidak pakai perhiasan. Hermansyah membukakan pintu mobil untuk istrinya, Reyne tersenyum manis sekali sambil duduk di kursi depan.

Mobil melaju dengan tenang ditengah kota Jakarta menuju kota Serang yang padat, Setelah keduanya tiba seperti biasa kemudian mobil diparkir dihalaman masjid besar, Mereka kemudian berjalan menyusuri gang kecil yang padat itu. Sepanjang perjalanan mereka menyusuri gang sempit itu tak henti-hentinya pikiran Hermansyah mulai berkecamuk bertanya-tanya apa yang akan terjadi nanti, Apakah istrinya akan mengamuk dan memarahi Ningsih?

Mungkin saja dalam hatinya, Dan mungkin saja istrinya pandai menyembunyikan sikap dan meredam amarah untuk sementara dan meledakkannya di saat yang tepat. Hermansyah bingung ia tidak tahu dan tidak bisa menduga. Kejadian ini adalah pertama kali dalam kehidupan rumah tangganya, Meskipun 20 tahun kebelakang Hermansyah mengenal istrinya, Tetapi kejadian ini adalah sesuatu yang benar-benar pertama kalinya ia hadapi.

Pikiran serta mulut Hermansyah jadi kelu, Hatinya dingin, Dinginnya menjalar ke seluruh tubuh, penuh ketegangan. Semakin mereka dekat menuju warung kecil itu semakin dingin tubuh Hermansyah.

“Assalamu’alaikum"... Seru Hermansyah menyampaikan salam setiba mereka diwarung milik Ningsih.

“Wa’alaikum salam"... Sahutan perempuan dari dalam.

Ningsih keluar, Pakaiannya sederhana, Kerudungnya sederhana jika tidak ingin dibilang jelek, dia tidak berdandan dulu karena tidak menduga Hermansyah akan datang, Samar tercium aroma minyak goreng dari tubuhnya, Dia mungkin sedang bikin gorengan untuk jualan. Sejenak Ningsih terpaku menatap perempuan yang datang bersama Hermansyah.

Pandangannya dia arahkan ke Hermansyah, Sorot matanya bertanya siapa wanita ini... “Ning, kenalkan ini istriku"... Seru Hermansyah mencoba tenang.

Reyne menatap Ningsih, Kemudian mereka bertatapan, Ningsih masih terkaget-kaget, kelihatan sekali dia bingung terhadap situasi yang ada. Sedetik kemudian Reyne tersenyum, senyum yang mampu melelehkan ketegangan tulang belulang dan otot Hermansyah.

Reyne tersenyum kemudian menghampiri Ningsih, Mereka bersalaman dua tangan yang saling berdekatan, Dekat sekali. Selanjutnya tiba-tiba Reyne memeluk Ningsih, Erat sekali, lama dan akhirnya mereka berdua saling tatap dan terisak.

Hermansyah terhempas duduk di kursi panjang diwarung itu, Tubuhnya lemas selemas-lemasnya, Semua ketegangan berlalu. Baik Ningsih dan Reyne akhirnya mereka berdua saling melepaskan pelukan.

“Sebentar saya buatkan minum"... Balas Ningsih membalik tubuhnya dan siap berjalan ke dalam dapur rumahnya.

Namun Reyne menahan lengan Arianah... “Tidak usah repot-repot, Mbak"... Kata Reyne berkata.

Mereka duduk bertiga di sana, Reyne dibangku panjang bersama suaminya, Ningsih dibangku panjang seberang mereka. Ketiganya menunduk, Visualisasi itu menjadi lucu, Pada situasi berkecamuknya hati masing-masing tetapi tak satupun yang berbicara. Sampai akhirnya Hermansyahpun memulai pembicaraan.

“Istriku meminta aku mengenalkanmu Ning"... Kata Hermansyah memecah keheningan.

“Ning ini dulunya temanku sekolah Ma"... Seru Hermansyah, Kembali melanjutkan lagi dan kemudian sunyi lagi.

“Maafkan saya Mbak, Keadaan saya seperti ini, Saya malu menerima tamu seperti kalian berdua"... Balas Ningsih berkata setelah menemukan kepercayaan dirinya. Dia tak pernah bermimpi terlalu jauh, Hari demi hari yang dia lalui dengan selamat sudah merupakan rasa syukur tersendiri.

“Sudahlah mbak, Tidak apa-apa"... Balas Reyne menimpali. Kini iapun kembali bercerita kepada Ning.

"Mbak Ning, Sebulan lalu saya bermimpi suami saya menikah lagi dengan seorang wanita yang saya tidak kenal, Tapi sekarang saya mengenal wanita itu"... Reyne berkata,, Baik Ningsih dan Hermansyah keduanya nampak terdiam dan tertunduk.

“Mbak Ningsih sekarang saya ikhlas dan ridho jika suami saya menikahi mbak Ning. Perkawinan kami penuh kebahagiaan dan sekarang saya ingin membagi kebahagiaan saya dengan mbak Ning, Semoga itu menjadi amal baik bagi saya"... Ungkap Reyne kembali dengan lirih, Semua nampak ada ketulusan apa yang diucapkan oleh Reyne dalam bicaranya.

Ningsihpun akhirnya menangis, terisak-isak hingga bahunya terguncang hebat, Reyne beranjak menghampiri, Diraihnya tangan Ningsih agar berdiri, Dan mereka berpelukan. Ningsih menangis bagai anak perempuan kecil yang kehilangan orang tuanya.

Hermansyah menatap langit, Air matanya tak kering-kering meski berulang kali diseka. Ia menatap langit kembali, Ia tak kuasa menahan semua Kesyahduan yang terjadi dihadapannya. Sebuah keputusan dari sang istri, Yang sebelumnya ia anggap sesuatu yang akan menimbulkan pergesekan yang mungkin akan meruntuhkan kebahagian yang telah ia bina selama 20 tahun. Keputusan yang harus ia jujung tinggi dengan penuh rasa hormat baik kepada Reyne maupun Ningsih.




~ The~End ~

Comments

  1. "Senangnya dalam hati kalau beristri dua, la la, la la, lalala.."

    Sebuah kisah nyata yg telah dirubah, hmm.., hmm..., hmm,.. ekhem ekhem hem hem hihi..

    Ternyata Reny berjiwa besar dan berjiwa FBI berhasil menguntit Herman dan untungnya berakhir baik.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo kang jaey, jangan kalah sama Hermansyah, istrinya juga dua, atau kalo bisa tiga atau empat.🀣

      Delete
    2. Kalau dalam cerpen sih mungkin bisa mas bikin cerpen punya bini selusin, kalau di dunyat mungkin sulit kecuali beduit kayak Herman ngopi bayar 500 ribu πŸ˜…πŸ˜…

      Delete
    3. Apa enaknya dalam cerpen kang, enakan nyata saja punya bini dua atau tiga.🀣

      Delete
    4. Ya udah yuk cari bini dua tiga di dunyat 🀣🀣

      Delete
  2. Tertarik dengan kata-kata "Sebuah kisah nyata yang sebagian telah dirubah kejadiannya".

    Mungkinkah ini kisah kang satria, soalnya kan punya usaha butik dan juga karyawan.πŸ˜…

    Ceritanya kurang seru ah, tidak ada adegan cakar-cakaran antara reyne dan Ningsih, harusnya dibikin itu, setelah Herman ngancem akan menceraikan istrinya, akhirnya ia nurut lakinya boleh kawin lagi.πŸ€£πŸ€£πŸ˜‚

    Kabooorrrr πŸšΆπŸƒπŸ’¨

    ReplyDelete
  3. hahaha, padahal menduga kalau sengaja si istrinya tuh minta dikenalin, karena dia pengen tahu kalau hati suaminya memang mendua.
    Eh ternyata kita tertipu sodara.

    Ini endingnya nggak bisa ditawar kah Kang?
    Misal tetiba Hermannya jatuh dari ranjang, eh ternyata mimpi wkakakakakaka

    ReplyDelete

Post a Comment

TERIMAH KASIH SUDAH MELUANGKAN WAKTUNYA KEBLOG YANG UHUUKK!! EEHEEEMMM!!


Popular posts from this blog

Cerpen : Cermin Kematian

~CERPEN : Cermin~Kematian~ Malam semakin larut Manda masih berdiri didepan cermin besar yang ada dikamarnya, dadanya berdesir, Manda takjub melihat wajahnya sendiri di cermin. Serupa benar dengan wajah seorang putri, katanya dalam hati. Ya, kau memang cantik, Manda. Wajahnya tersipu mendengar pujian itu. Pipinya merona. Merah muda. Ia tersihir oleh bayangannya sendiri. Bayangan ketika ia masih berada pada masa empat puluh tahun lalu. Wajahnya cerah, berseri-seri. Setengah terpana melihat kecantikannya sendiri. Rambutnya panjang, berwarna hitam kecokelatan, berkilat, bergelung seolah ombak. Dahinya licin. Matanya bulat, berbinar-binar. Hitam pekat seperti langit malam. Dikedip-kedipkannya matanya, hingga ia perhatikan bulu matanya yang tebal dan lentik. Tebal serupa alisnya yang melengkung menaungi sepasang matanya yang indah itu. Diturutkannya telunjuknya, dari hulu hingga muara alisnya. Cantik sekali dirimu, Manda membatin. Ya, kau memang cantik, Manda. Hidungnya,

Li-Fi Teknologi Pengganti WI-FI

Hallo sobat blogger gimana nih masih pada semangat ngeblog? Atau udah pada ogah-ogahan.πŸ˜πŸ˜πŸ˜‚ Karena adsense sepi, yaa apapun itu kita harus tetap bersyukur, meski adsense sepi masih banyak rezeki yang lainnya iyaa nggak.😊 Ok kita langsung saja ketopik pembahasan tentang teknologi Lifi yang katanya nantinya akan menggatikan Wifi, Dan Menurut rumor yang beredar Lifi lebih hebat dan cepat ketimbang Wifi. Seperti apa berikut penjelasannya dibawah ini.πŸ‘‡ Wi-Fi menjadi teknologi transfer data yang sudah familiar digunakan oleh banyak orang saat ini. Namun seiring dengan perkembangan teknologi yang berjalan begitu cepat, kehadiran Wi-Fi bakal tergeser oleh Li-Fi. Apa itu Li-Fi dan bagaimana cara kerjanya? Bagi sebagian orang mungkin masih asing dengan istilah Li-Fi. Li-Fi digadang-gadang sebagai teknologi baru jaringan nirkabel yang bakal menggantikan Wi-Fi. Teknologi ini kelebihan dan keunggulan dibandingkan dengan Wi-Fi sebagai media transfer data. Oleh karena itu, Anda pe

Telat Mencabut

Kesibukkan bekerja membuat Agus lupa akan kesehatan tubuhnya hingga akhirnya ia harus dilarikan kerumah sakit terdekat karena sakit. akibat kurang teratur makan. Tiga hari kemudian teman kerjanya yang bernama Khanif datang menjenguknya, dan kebetulan memang hari itu tepat waktunya untuk jam kunjungan membesuk pasien. "Sorry banget Gus baru hari ini gue bisa datang membesuk luh kerumah sakit"... Kata Khanif teman kerjanya. Berhubung Agus orangnya sabar dan pemaaf meski baru sembuh dari sakitnya ia mencoba tersenyum kepada Khanif... "Nggak masalah Nif, nggak usah dipikirin toh hari ini luh sudah bertemu gue". "Eehhhmm, anu Gus, gue juga minta maaf, karena membesuk luh nggak bisa membawa apa-apa, soalnya gue juga baru sembuh dari sakit gigi Gus". Agus kembali tersenyum... "Aah! luh nggak usah sungkan-sungkan Nif sama gue, luh datang gue juga udah senang". Suasana menjadi hening sejenak sampai akhirnya Khanif kembali berbicara