Skip to main content

Cerbung : Kuhormati Keputusanmu



Sebuah kisah nyata yang sebagian telah dirubah kejadiannya.

Cerita By : AJ Hara, Ferra H, Vina A.

Edit By : Satria.

Perusahaan Butiq serta konveksi yang dipimpin oleh Hermawan Liem kini masih terus berdiri. Meski sebagian orang tahu bahwa butiq tersebut telah jatuh ketangan anaknya yang bernama Hermansyah. Sebagai anak yang berbakti kepada orang tua Hermansyah pun tidak menyia-nyiakan apa yang telah diamanatkan oleh ayahnya. Meski sekarang ia seorang pimpinan dibutiq tersebut, Hermansyah tetap gigih dan mau bekerja keras memajukan butiq dan konveksi yang telah diwariskan oleh orang tuanya. Maka tak heran baik ditangan ayahnya atau Hermansyah sendiri butiq dan konveksi itu tetap maju pesat.

Pagi menjelang siang nampak Hermansyah tengah disibukkan dengan bermacam aktifitas pekerjaannya diruangannya yang berada dilantai dua. Iapun nampak sesekali membuka jendela kantornya. Langit agak mendung, Awan hitam tipis berarak menutupi sinar matahari, Menghasilkan suasana yang teduh dan cenderung terasa dingin, Walaupun ruangan itu didinginkan oleh pengatur suhu, Tetapi suasana sendu terasa hadir di hati Hermansyah. Dari lantai dua kantornya yang berjendela besar Hermansyah menatap kosong ke depan, Jauh ke ujung gedung-gedung bertingkat yang bertebaran di Kota Jakarta.

Sebuah lagu 'Starting Over Again' mengalun lembut dari digital player di meja kerjanya. Alunan musik yang dinyanyikan oleh Natalie Cole yang begitu lembut namun menyentak-nyentak syahdu seakan mengaduk-aduk hatinya yang sedang gundah gulana siang itu. Penyebabnya hanya hal sepele sejak beberapa hari ini banyak karyawan butiqnya yang tidak masuk kerja hanya dengan beralasan sakit. Tak hanya itu saja office boy andalannya yang bernama mang Khanifpun nampak tidak terlihat dikantor.

Kejadian ini Hermansyah ketahui berawal dari seorang office boy pengganti mang Khanif yaitu Dodo, Petugas dapur yang selalu menyuguhkan kopi jahe untuknya. Pekerjaan yang biasa dilakukan Mang Khanif office boy andalannya itu. Dari Dodolah Hermansyah banyak tahu tentang karyawan-karyawannya yang mulai jarang masuk dengan alasan sakit, Meski pada kenyataannya parah karyawannya ingin Hermansyah menaikan upah atau gaji yang sesuai dengan kehidupan diera sekarang. Karena menurut karyawannya sendiri gaji yang telah diberikan oleh Hermansyah sudah tidak mencukupinya lagi.

Atas kejadian tersebut akhirnya Hermansyahpun mengadakan mediasi pada semua karyawannya. Dan Hermansyahpun segera melakukan kewajibannya yaitu dengan bersedia menaikan gaji karyawannya meski hanya beberapa persen saja. Hingga akhirnya para karyawannyapun menerima atas apa yang telah Hermansyah janjikan kepadanya, Akhirnya masalah itupun terselesaikan. Terkecuali masalah sang office boy andalannya yang bernama mang Khanif, Karena ia memang murni sakit dan tidak pernah menuntut kenaikan gaji kepada dirinya. Namun meski begitu Hermansyahpun tetap harus memenuhi kewajibannya dan menengoknya. Statusnya memang office boy, tetapi Mang Khanif umurnya sudah 60 tahun, Lebih dari masa pensiun seorang pegawai pada umumnya. Namun bagi Hermansyah kadang belas kasih terhadapnya selalu tak pernah ia lupakan.

Sejak ditinggal istrinya Miranda meninggal 5 tahun lalu, Mang Khanif kini hidup sendiri. Kedua anaknya laki-laki menjadi pedagang di pasar di Bekasi dan satu lagi di Pasar Induk Bogor. Mereka jarang sekali pulang karena sudah berkeluarga semua. Mang Khanif tinggal sendiri di rumahnya di sudut kumuh perbatasan kota Serang dan Tangerang, Jauh masuk ke dalam gang sempit yang bahkan motor pun tidak bisa berpapasan. Hermansyah memarkir mobilnya di sebuah masjid yang parkirannya luas di daerah itu, Hingga setelah itu Hermansyah berjalan ke dalam gang seorang sendiri.

Menurut Dodo office boy pengganti mang Khanif, Ia mengabarkan kalau Mang Khanif sakit sudah hampir seminggu lebih, Dan tidak bisa masuk kantor. Kesendirian Mang Khanif yang membuat Hermansyah terpaksa mendatanginya sendiri untuk menjenguknya. Memang tidak ada yang bisa disuruh hari itu karena semua karyawan sibuk, Hanya Hermansyah sendiri yang tidak terlalu sibuk. Hermansyah adalah Direktur sekaligus pemilik usaha keluarga, Sebuah perusahaan konveksi yang kini menjadi butiq dengan 100 orang pegawai. Empat puluh orang di antaranya adalah tukang jahit, Lima orang desainer dan selebihnya adalah supporting unit, bagian dapur, ahli teknik dan listrik, sopir, dan Mang Khanif office boy senior.

Ada kekhawatiran dalam jiwa Hermansyah. Karena sakitnya seorang yang berumur 60 tahun dan waktu itu niatnya mau sekalian membawa mang Khanif ke dokter jika diperlukan. Dalam benak Hermansyah, Karena menurutnya hidup tentunya bukan hanya sekedar cari materi tetapi orang-orang yang menggantungkan hidup pada perusahaannya harus diperhatikan secara seksama. Sudah cukup jauh Hermansyah berjalan melewati gang sempit menuju rumah mang Khanif, Arah jalan yang diberikan oleh Dodo office boynya tidak cukup untuk menemukan rumah mang Khanif. Dipersimpangan gang ada sebuah warung kecil terjepit di antara rumah yang padat, Warung kopi, Gorengan dan makanan-makanan kecil.

“Punteen!” Seru Hermansyah menyapa sambil clingak-clinguk mencari si pemilik warung.

“Mangga." Ada sahutan dari dalam, Seorang perempuan. Dan keluarlah perempuan tersebut dengan usia hampir setara dengan Hermansyah.

“Mangga bade naon.” (mau apa) Seru siperempuan menyahut sambil memunculkan diri.

Sejenak Hermansyah terkesima, Ia seperti tak asing dengan perempuan tersebut. Hermansyah bagai disetrum dan sejenak dirinya terkaget. “Eeh.. Ningsih...Riyanti yaa?" Ucap Hermansyah secepat kilat mengenali perempuan itu.

Siperempuan itu nampak terkejut dengan mata membesar. Terlihat dia sedang berusaha mengingat-ingat lelaki berpakaian rapi yang berdiri di hadapannya sambi menyodorkan dua tangan untuk menyalami.

“Eh.. siapa ya.. Ehh.. Anuu apa kau Mansyah?“ Perempuan itu menyebut nama sambil menutup mulutnya pertanda kaget.

Mansyah, Atau Hermansyah itu memang namanya, Zaman sekolah SMA dulu teman-temannya lebih suka memanggilnya Mansyah... “Eeh.. Mansyah… Apa kabar"... Perempuan itu menyodorkan dua tangan juga untuk menerima salaman Hermansyah.

“Kabar baik Ning"....Jawab Hermansyah. Ningsih Ariyanti nama perempuan itu, Teman sekolahnya dulu sewaktu di SMA, Panggilannya Ning.

Keduanya nampak saling menatap, Dan saling menahan senyum, Ada kaget, Jengah, Grogi bercampur aduk di hati masing-masing. Apa yang ada dibenak Hermansyah sejenak melayang jauh kebelakang, Tahun 1993 saat mereka sama-sama duduk di bangku sekolah SMA.

Ningsih Aryanti adalah teman sekelas sekaligus nama yang mengisi relung hatinya sehari-hari. Nama yang membuatnya rajin paling pagi datang ke sekolah, Nama yang membuatnya rajin belajar dan tidak ingin terkalahkan oleh yang lain sekedar untuk menjadi buku hidup dan sabar menanti Ningsih bertanya padanya untuk semua pelajaran sekolah. Waktu itu Ningsih adalah energinya yang membakar sumber daya potensial menjadi api semangat menghadapi apa pun. Kini perempuan idamannya dulu berdiri di hadapannya dengan segala apa adanya. Tak ditutupi oleh polesan apa pun, Tak ditutupi oleh topeng apa pun yang mampu menyamarkan keadaan yang sebenarnya.

Sejenak Hermansyah tak mampu berkata-kata, Begitupun juga Ningsih. Mereka terpaku sejenak saling menatap, Saling mencari sesuatu di bola mata masing-masing, tapi sebentar saja. Keheningan itu terpecah oleh suara panggilan anak kecil.

“Mamaa!" Tiba-tiba ada suara anak kecil memanggil.

“Oh maaf ya itu anakku"... Kata Ningsih sambil segera melepaskan tangan dari bersalaman dan segera masuk ke dalam.

Selang beberapa menit Ningsih kembali keluar lagi diikuti anak perempuan kecil sekira umur 10 tahun.

“Ini Fitri, Anak semata wayangku"...Ucap Ningsih kembali.

“Oh.. Eh iya.. Maaf, Ning kamu di sini toh sekarang"... Tanya Hermansyah, Meski terlihat gugup ia berkata sejenak setelah menemukan kesadarannya.

“Ya sejak dulu aku selalu disini... Hanya diSerang saja jarang kemana-mana lagi"...Jawab Ningsih sambil menautkan kedua tangannya di depan, Dan nampak sesungging senyum mengakhiri perkataannya.

Sejenak Hermansyah kembali terpaku, Bingung mereka-reka apalagi pertanyaan yang akan diajukan. Selintas terpikir olehnya untuk mengakhiri bertanya agar tidak menimbulkan kesan menginterogasi.

“Hmm.. Aku ke sini mencari tempat tinggalnya mang Khanif, diia kerja di Jakarta dikantorku” ... Seru Hermansyah kembali fokus pada keadaan semula.

“Ohh… mang Khanif, Yang hanya tinggal seorang diri dirumahnya?”... Jawab Ningsih.

“Iyaa!" Balas Hermansyah lagi.

“Itu lho gang yang ke kiri ini, Kira-kira empat rumah paling pojok berdempet dengan mushola"... Kata Ningsih menjawab sambil tangannya memberikan arah.

“Oke, Makasih Ning"... Hermansyah membalikkan badan seraya siap melangkah, Namun dirinya kembali berkata.

“Ningsih...Bolehkan kapan-kapan kita ketemu lagi? Mungkin aku akan beberapa kali lagi menjenguk mang Khanif, Dia karyawan dikantorku. Sekarang sedang sakit, Aku mau menjenguknya, Nanti aku mampir kesini lagi".

“Boleh, Aku di sini tinggalnya"... Jawab Ningsih sambil menunjuk warung kecil itu yang ternyata di belakangnya adalah rumah.

“Baik, Aku tinggal dulu ya"... Pamit Hermansyah.

Sambil berjalan, Dalam hati Hermansyah merutuki dirinya sendiri, Nanti aku mampir, bagaimana kalau bertemu suaminya.

“Punten"... Hermansyah mengetuk pintu rumah, Rumah itu rumah tembok setengah, setengahnya lagi bilik bambu yang dibuat berlapis, warnanya coklat.

"Kenapa rumah kayu selalui diberi warna coklat ya?... Hermansyah kembali clingak-clinguk melihat-lihat. Sebuah sepeda motor bebek tua buatan tahun 90-an terstandar di teras.

“Mangga"...Terdengar suara tua dan parau menyahut dari dalam, Kemudian pintu terbuka.

"Masya Allah… Tuan Hermansyah… Aya naon rurumpaheun kadieu?” (ada apa memaksakan diri ke sini) mang Khanif terkaget melihat bosnya berdiri di depan rumahnya.

Obrolan pun mengalir, Ternyata mang Khanif hanya terserang flu dan meriang. Obrol kesana-kemaripun berakhir. Tak tahan juga, Akhirnya Hermansyah bertanya ke mang Khanif.

“Mang, itu perempuan yang punya warung itu siapa?"

“Siapa gimana Tuan? Itu namanya kalau ngga salah neng Ningsih, Punya anak semata wayang, Ia ditinggal mati suaminya 6 tahun lalu. Suaminya dulu sopir angkot sini, Terus entah sakit apa atau gimana terus meninggal nggak lama. Cuma seminggu sakitnya"... Mang Khanif cerita sambil matanya menatap Hermansyah penuh kecurigaan.

“Ohh.. Gitu Ya, Dia itu dulu temen saya mang. Satu sekolah, Sekelas"... Jawab Hermansyah tak perduli.

“Ooh!" Mang Khanif seperti menemukan jawaban dari kecurigaannya.

“Iya Tuan itu kasihan nasibnya. Untung anaknya cuma semata wayang, Dan terkadang biaya sekolah buat anaknya selalu nunggak terus. Karena ibunya nggak kuat biaya. Sekarang mereka jual goreng pikulan di depan masjid sana"... Kata mang Khanif seraya tangannya menunjuk ke arah masjid besar didepan.

“Kadang mereka dibantu tetangga-tetangga dikirimi makanan. Suaminya dulu baik, Soleh, Sopir angkot tapi juga marbot di mushola ini, Bersih-bersih, Memperbaiki yang rusak"...Seru mang Khanif melanjutkan ceritanya.

Hermansyah nampak tercengang, Hidup memang kadang luar biasa mengejutkan, Ningsih dulu bukan orang tak punya. Ayahnya pegawai Dinas Kehutanan kalau tidak salah, Sering keluar kota. Ibunya guru SMP di dekat rumah mereka dulu sewaktu masih dikota Tangerang.

“Oiya mang, Apa perlu keklinik nggak?” kata Hermansyah.

“Ah ngga perlu Tuan, Makan obat aja, Besok juga mamang usahakan udah bisa masuk lagi"... Jawab mang Khanif.

“Ya udah, Istirahat aja dulu kalau belum kuat, Iini sekedar buat beli makan, Beli buah mang, beli susu biar mamang tetap sehat"... Seru Hermansyah sambil menyodorkan tiga lembar uang seratusan ribuan.

Mang Khanif menerimanya dengan mata berkaca-kaca... “Terima kasih Tuan, Tuan Hermansyah memang baik sekali, Sebaik almarhum Pak Hermawan Liem"... Jawab mang Khanif. Sambil menundukkan kepala. Pak Hermawan Liem adalah ayah Hermansyah, Pendiri perusahaan. Mang Khanif sejak remaja sudah ikut di perusahaan mereka.

Hermansyah segera pamit dan keluar dari rumah mang Khanif, Ia berjalan perlahan dan sejenak tiba di warung tadi...“Assalamu’alaikum"... Seru Hermansyah kembali.

"Wa ‘alaikum salam, masuk kang"... Kata suara dari dalam.

Ningsih Aryanti keluar dari pintu, Kali ini dia sudah sedikit berdandan, Kerudungnya berganti menjadi warna Ungu, Bibirnya kali ini sedikit disapu lipstik merah samar, Bajunya diganti, Gamis biru bercampur putih dengan sulaman bunga besar di bagian depannya. Ia memang cantik, Masih seperti dulu semuanya nampak segar dalam kesederhanaan.

Ningsih membuatkan kopi, Hermansyah mengambil sebungkus rokok kretek. Mereka pun mengobrol berdua melintasi waktu, Membuka-buka lembar kenangan dan saling menyelami hati masing-masing. Tak terasa satu jam waktu yang terlewati, Tiba saatnya Hermansyah harus kembali kekantor, Sambil pamit Hermansyah menyisisipkan di bawah meja lima lembar uang seratus ribuan.

“Ini untuk kopi dan rokoknya"... Kata Hermansyah sambil tersenyum.

“Rokok apa sampai lima ratus ribu"... Balas Ningsih.

Dan keduanya nampak tertawa senang, ada bunga-bunga asmara yang tumbuh dihati Hermansyah dan juga Ningsih.


~~~💝💝💝💝💝💝💝~~~


Mendung semakin gelap, Sebentar lagi hujan, Hermansyah masih berdiri mematung di depan jendela besar kantornya, Alunan musik dispeaker digital entah sudah berapa kali berganti. Tiga bulan sudah Hermansyah sering ngopi di warungnya Ningsih, Kadang dia ajak Ningsih ngobrol di restoran fast food di jalan besar kota Serang Banten, Kira-kira 10 menit jarak naik angkot dari depan gang rumah Ningsih. Anak Ningsih yang hanya semata wayang kini nampak ceria dalam bersekolah, Semua itu atas biaya dari Hermansyah, Tetapi meski begitu Ningsihpun tetap buka warung yang sekarang lebih banyak barangnya, pertemuan demi pertemuan terus berlangsung, kegiatan itu seperti memupuk cinta mereka kembali seperti zaman sekolah dulu.

Tiga bulan terus berlalu Hermansyah berharap dan selalu memanjatkan doa, Agar apa yang ia lakukan terhadap Ningsih bisa terus berlanjut sampai ia resmi menikahinya. Meski pada faktanya semua itu tidak mudah seperti membalik telapak tangan. Hermansyah ingin menikahi Ningsih, Tetapi tentu saja tidak ingin menyakiti hati istrinya yang telah menemaninya sekitar 20 tahun dalam suka dan duka. Hermansyah mencintai istrinya dengan cinta yang sama sejak dia jatuh cinta 20 tahun lalu, Dan tetap seperti itu meski sekarang salah satu bilik hatinya telah dihuni oleh Ningsih, Cinta yang pernah mekar kala dimasa-masa sekolah dulu.

Ada sebuah ketidak mungkinan untuk mengatakan kepada istrinya bahwa dia ingin menikahi Ningsih, Jangankan mengatakannya, Kenal pun tidak Reyne istrinya kepada Ningsih. Apa nanti Reyne tidak tiba-tiba pingsan dan harus dilarikan ke rumah sakit jika dia mengungkapkan keinginannya. Hermansyah pun nampak pusing tujuh keliling. Konsentrasi Hermansyahpun buyar kala pintu ruangannya ada yang mengetuk.

“Masuk"...Kata Hermansyah.

Agus Sarilah karyawan bagian purchasing masuk membawa buku yang harus Hermansyah periksa... “Ini Pak, Perngiriman hari ini, Pesanan dari Alfonita busana Muslim sudah dikirim tadi pak, 20 potong sesuai pesanan, 10 setel ketoko Kirana Fhasion dan 120 potong pakaian, Pesanan seragam SMP Negri 2 Depok besok siang dikirim"... Begitu kata Agus Sarilah kasih laporan kepada pimpinannya itu.

Hermansyah periksa sebentar, Bolak balik halaman... “Ya ok," Katanya sambil memberi paraf disetiap item dan menutup buku dan menyerahkan kembali pada Agus.

“Oh iya Pak, Mas Jaey teknisi listrik hari ini minta kasbon dua ratus ribu pak"... Kata Agus lagi sambil menatap kepadanya.

“Ya sudah kasih aja, Dia punya kasbonan nggak bulan lalu?” Tanya Hermansyah kembali.

“Masih sisa pak, Lima puluh ribu lagi"... Seru Agus kembali.

“Ya, Ok kasih aja"...Jawab Hermansyah yang kesekian kalinya sambil menyandarkan dirinya kesandaran kursi.

“Baik pak, Terima kasih," jawab Agus sambil mengambil buku dan membawanya kembali keluar dari ruangan pimpinannya.

Sepeninggal Agus, Kembali pikiran Hermansyah kealam ketidak mungkinannya. Tidak mungkin bicara ke istrinya, Kepada siapa pun, Ia menghela nafas, Dan menutup laptopnya, siap-siap pulang. Pikirannya berat, Tapi tidak ada jalan keluar.

Reyne cantik, Semua kriteria perempuan cantik ada pada dirinya, Diusia pernikahan mereka yang hampir memasuki tahun ke-20, Reyne tetap mampu menjaga tubuhnya agar tidak menjadi gemuk. Padahal bagi Hermansyah mau gemuk mau kurus mau sedang cintanya tetap abadi kepadanya.

Rambut Reyne masih hitam meskipun ada selembar dua lembar uban di usianya yang baru saja memasuki usia 38 dengan dua orang buah hati, Reyne masih seperti umur 30,an. Hernansyah mencintainya dengan seluruh detak jantungnya. Berhadapan dengan sambutan istrinya seperti ini setiap petang, Keberanian Hermansyah untuk mengatakan ingin menikahi Ningsih menciut dan mengecil sekecil-kecilnya hingga tak terlihat.

Waktu belum menunjukkan pukul 03.00 dini hari, Tiba-tiba Reyne memangunkan Hermansyah. “Papa... Papaa… Bangun"... Hermansyah nampak tersentak kaget.

“Ada apa sayang"... Hermansyah terbangun dalam kaget dan langsung duduk. Tiba-tiba Reyne menangis, Menangis hingga tidak bisa bicara, Dia memeluk suaminya erat-erat. Reyne menangis lama.

“Ada apa sayang"... Hermansyah bertanya setelah istrinya reda menangis, Tinggal sesenggukan.

“Aku mimpi"... Kata Reyne mencoba tenang.

“Mimpi apa, Mimpi buruk?... Hermansyah nampak cemas bertanya.

“Aku mimpi papa menikah lagi"... kata Reyne istrinya.

Bagai disambar petir wajah Hermansyah nampak memucat seperti kapas, Tetapi untung kamar mereka hanya diterangi lampu tidur disudut ruangan. Sejenak Hermansyah tercekat, Ia memilih kata yang tepat tetapi kata-kata itu seperti berlarian tidak mau dipakai.

“Ap… a..paa…?" Kata Hermansyah, Itu dululah kata yang ia pakainya.

“Ah itu hanya mimpi, Aku tidak menikahi siapa-siapa selain dirimu sayang".

Hermansyah membelai-belai rambut istrinya, Tangisnya sudah reda, Reynepun kembali berkata.

“Tapi dalam mimpiku perempuan yang papa nikahi terlihat tua, Miskin dan punya anak, perempuan"... Istriku berkata, Tidak ada nada kemarahan dalam suaranya.

“Kau tenang saja papa tidak menikahi siapa-siapa kan?”... Reyne mencoba bertanya dengan menatap dalam-dalam bola mata suaminya, Mencari kebenaran, Dan dia menemukan kebenaran itu.

“Tidak sayang, Istriku hanya kamu satu-satunya"... Jawab Hermansyah terus meyakinkan Reyne, Istri yang ia sangat cintainya.




~ BERSAMBUNG ~

Comments

  1. Wah bersambung, akankah Mansyah nikah siri sama Ningsih nantinya? ataukah mereka berdua akan di madu oleh Mansyah?

    Hmm, belum ada bayangan, lebih baik aku melanjutkan menjaga listrik 🤣

    ReplyDelete
    Replies

    1. Waaduuhhh nggak tahu juga Huu...Bisa jadi dua wanita itu diusir Mansyah dan diceraikan.🤣🤣🤣🤣🤣


      Betul Huu mending stanby control panel Listrik aja Huu biar bisa bantu Mansyah untuk nyetrum Ningsih.🤣🤣🤣🤣

      Delete
    2. Btw ini pengarangnya banyak amet kang: AJ Hara, Ferra H, Vina A. Jadi penasaran kisah sebelum di editnya kaya gimana, barangkali ada hot2nya? 🤣

      Delete
    3. Ada kemungkinan ada adegan hot-hotnya, adegan minum jus lahar atau makan kolak bara.. wkwkwk..kita tunggu aja kelanjutannya, kang.

      Delete

    4. Betul Huu ceritanya 50% dirubah dari aslinya...Hot2nya waahh banyak Huu sebenarnya cuma yang baca diblog ini anak SD semua jadi ditiadakan.🤣🤣🤣🤣🤣🤣😆😆

      Delete
    5. @Suhu Mansyah..

      Adegan minum Lahar sama jus bara...Eehh buset berarti syutingnya dibawah kawah gunung dong Huu..🤣🤣🤣🤣

      Delete
    6. Klo minumnya jus lahar berarti makannya apa tuh, kue kerikil kah 😅😅

      Delete
  2. Nyaris kayak kisah saya nih. Waktu masih sekolah putih abu-abu saya juga punya teman istimewa yang berpisah dan lama ngga ketemu namanya Riyanti lengkapnya Riyanti Safitri bukan Ningsih Ariyanti dan ketemu dia lagi pas ngopi bareng teman di warung kopi yang ternyata warung kopi itu punya dia tapi bukan di daerah Serang melainkan di daerah Tajur, Bogor. Dia sudah berkeluarga dan punya dua anak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wow, ini kebetulan atau Kang Satria paranormal, bisa mirip dgn kisah nyata 🤣🤣

      Delete
    2. Kalau kebetulan sepertinya ngga mungkin, kebetulan itu kan kebenaran yang sesungguhnya jadi ada kemungkinan mas Satria punya Indra keempat belas.. hi hi hi

      Delete

    3. @Suhu Mansyah.....

      Wuuuiihhh tuuhh!! Benarkan berarti gue emang punya Indra2,an 🤣🤣🤣🤣

      Jadi penasaran gue Huu...Bikin aja Huu Kayanya seru nih pas ada Hot2nya dan anu2nya..🤣🤣🤣

      Buruan bikin Huu..😊😊

      Delete
    4. @Suhu Ajay...

      Wuiihh emang dulunya gue mantan Dukun Huu..🤣🤣🤣😆😆😆

      Delete
    5. Bukan mantan dukun tapi Intel kang.🤣

      Delete
    6. Indomie telor yaa..🤣🤣🤣🤣

      Delete

  3. @Suhu Mansyah...

    Udah buat aja ceritanya Huu...Meski beda tapi 11,12 lah...Kan sama2 dijawabarat kejadiannya..😊😊😊

    Judulnya Cinta bersemi di Tajur Bogor aja Huu..🤣🤣🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah Masher hutang dua cerpen, Cinta Tajur Bogor dan Siluman Harimau di Camping 🤣

      Delete
    2. Betul Huuu harus segera dibuat yaa kalau nggak bisa didemo sama semua orang dari segala penjuru dunia.🤣🤣🤣🤣🤣🤣

      Delete
  4. Wah rame amat nih, kirain mau pertamak.😂

    Berarti mas Herman sepertinya akan menikah lagi dengan Ningsih tapi secara diam-diam atau siri ya, soalnya kan ketemu cinta pertama nya.😅

    Tapi akhirnya ketahuan juga oleh istrinya.😂

    Karena sakit hati di khianati oleh suaminya, maka reyne nanti selingkuh dengan sopir pribadinya yang namanya Satria.🤣🤣🤣

    Kabooorrrr 🚶🏃💨

    ReplyDelete
    Replies

    1. Kan gue nggak main disitu...😳😳

      supirnya Jaey sama Agus...Suit dah luh berdua...Atau nggak pilih Ningsih atau Reyne.🤣🤣🤣😆😆

      Delete
    2. Nanti akan main di episode dua kang.🤣

      Delete

    3. 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

      Delete
    4. Jadi setelah ditolak oleh Mirnawati di villa dekat danau lalu satria melamar pekerjaan sebagai supir Reyne.😅

      Delete
    5. Terus setelah jadi supir abis itu ngapaen? 😅😅

      Delete
    6. Mungkin jadi petualang seperti mas Himawan, cuma bedanya bukan petualangan ke candi candi tapi ke para Rongdo.🤣

      Delete
    7. Bhaahaaaa! Suuueeee..🤣🤣🤣🤣🤣

      Delete
    8. Wkwk rongdo again kata si Mansyah 😅😅

      Delete
  5. Duh nyambung dong pikirannya, belom juga kenapa-kenapa, udah ketauan, hahaha.
    Ya udah, si Ningsih kasih aja sama yang lain, masih banyak kok yang mau ama Ningsih, uhuk :D

    Daripada kena gampar kan ye wakakakakkaka

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Yaa mak Rey...Baru atur strategi udah keendus istrinya duluan yaa..🤣🤣🤣🤣

      Mungkin nanti Ningsih dijodohkan oleh Agus kali yee..🤣🤣🤣🤣


      Mending kena gampar, Kalau langsung talak 3.😆🤣🤣🤣🤣🤣

      Delete
    2. Ini mama rey kah pakai nama woman daily 😅

      Delete
  6. Barusadar saya komen pakai akun lain wakakka :D
    Kalau talak kan masih ada cadangan *etdah, cadangan, kek suku cadang wakakakkaka

    ReplyDelete

Post a Comment

TERIMAH KASIH SUDAH MELUANGKAN WAKTUNYA KEBLOG YANG UHUUKK!! EEHEEEMMM!!


Popular posts from this blog

Cerpen : Cermin Kematian

~CERPEN : Cermin~Kematian~ Malam semakin larut Manda masih berdiri didepan cermin besar yang ada dikamarnya, dadanya berdesir, Manda takjub melihat wajahnya sendiri di cermin. Serupa benar dengan wajah seorang putri, katanya dalam hati. Ya, kau memang cantik, Manda. Wajahnya tersipu mendengar pujian itu. Pipinya merona. Merah muda. Ia tersihir oleh bayangannya sendiri. Bayangan ketika ia masih berada pada masa empat puluh tahun lalu. Wajahnya cerah, berseri-seri. Setengah terpana melihat kecantikannya sendiri. Rambutnya panjang, berwarna hitam kecokelatan, berkilat, bergelung seolah ombak. Dahinya licin. Matanya bulat, berbinar-binar. Hitam pekat seperti langit malam. Dikedip-kedipkannya matanya, hingga ia perhatikan bulu matanya yang tebal dan lentik. Tebal serupa alisnya yang melengkung menaungi sepasang matanya yang indah itu. Diturutkannya telunjuknya, dari hulu hingga muara alisnya. Cantik sekali dirimu, Manda membatin. Ya, kau memang cantik, Manda. Hidungnya,

Li-Fi Teknologi Pengganti WI-FI

Hallo sobat blogger gimana nih masih pada semangat ngeblog? Atau udah pada ogah-ogahan.😁😁😂 Karena adsense sepi, yaa apapun itu kita harus tetap bersyukur, meski adsense sepi masih banyak rezeki yang lainnya iyaa nggak.😊 Ok kita langsung saja ketopik pembahasan tentang teknologi Lifi yang katanya nantinya akan menggatikan Wifi, Dan Menurut rumor yang beredar Lifi lebih hebat dan cepat ketimbang Wifi. Seperti apa berikut penjelasannya dibawah ini.👇 Wi-Fi menjadi teknologi transfer data yang sudah familiar digunakan oleh banyak orang saat ini. Namun seiring dengan perkembangan teknologi yang berjalan begitu cepat, kehadiran Wi-Fi bakal tergeser oleh Li-Fi. Apa itu Li-Fi dan bagaimana cara kerjanya? Bagi sebagian orang mungkin masih asing dengan istilah Li-Fi. Li-Fi digadang-gadang sebagai teknologi baru jaringan nirkabel yang bakal menggantikan Wi-Fi. Teknologi ini kelebihan dan keunggulan dibandingkan dengan Wi-Fi sebagai media transfer data. Oleh karena itu, Anda pe

Telat Mencabut

Kesibukkan bekerja membuat Agus lupa akan kesehatan tubuhnya hingga akhirnya ia harus dilarikan kerumah sakit terdekat karena sakit. akibat kurang teratur makan. Tiga hari kemudian teman kerjanya yang bernama Khanif datang menjenguknya, dan kebetulan memang hari itu tepat waktunya untuk jam kunjungan membesuk pasien. "Sorry banget Gus baru hari ini gue bisa datang membesuk luh kerumah sakit"... Kata Khanif teman kerjanya. Berhubung Agus orangnya sabar dan pemaaf meski baru sembuh dari sakitnya ia mencoba tersenyum kepada Khanif... "Nggak masalah Nif, nggak usah dipikirin toh hari ini luh sudah bertemu gue". "Eehhhmm, anu Gus, gue juga minta maaf, karena membesuk luh nggak bisa membawa apa-apa, soalnya gue juga baru sembuh dari sakit gigi Gus". Agus kembali tersenyum... "Aah! luh nggak usah sungkan-sungkan Nif sama gue, luh datang gue juga udah senang". Suasana menjadi hening sejenak sampai akhirnya Khanif kembali berbicara