
Apa bedanya seorang wanita berkarier dengan Irt? Yaa sederhananya adalah keduanya sama-sama mempunyai kesibukan tetapi beda caranya saja. Mungkin diera sekarang banyak wanita yang lebih suka berkarier ketimbang menjadi Irt, Namun tidak jarang pulang seorang wanita yang telah menikah lebih memilih menjadi Irt.
Nah dibawah ini ada sebuah kisah dari seorang wanita bernama Mellisa Petro dari NewYork Amerika serikat yang memilih menjadi Irt namun sang suami harus mau menggajinya selama ia dirumah.π²π² Termasuk, mengurus kebutuhan anak dan membersihkan rumah. Serta, tanggung jawab keluarga lainnya. Buat menjalani kehidupan sebagai ibu rumah tangga, dia meminta bayaran sebesar USD 15 per jam atau setara Rp 213 ribu per jam.
Petro mengakui, sebelum menjadi seorang ibu dan masih bekerja, ia dan sang suami mempunyai pemasukan finansial yang setara. Bahkan, mereka berupaya membagi pemasukan agar sama rata digunakan demi memenuhi segala keperluan rumah tangga.
"Kami berdua bekerja full time, suami saya seorang konsultan di media digital. Sementara saya bekerja sebagai penulis lepas. Kami berkontribusi 50-50 untuk anggaran keluarga," ....Menurut penuturan Petro.
Kendati demikian, usai melahirkan, ia merasa tak mampu untuk mengatur waktu antara mengurus anak dan bekerja. Petro kemudian memutuskan berhenti bekerja. Petro pun meminta sang suami untuk membayar per jam sebagai ibu rumah tangga. Ketimbang harus membayar seorang pengasuh.
Sistem pembayarannya sederhana. Petro akan menghitung berapa jam dia bekerja setiap minggu lantas dikali dengan bayarannya per jam. Sekalipun memang, setelah sang suami pulang bekerja, dia mendapatkan bantuan mengurus anak. Namun, tetap saja, merapihkan dan membereskan rumah termasuk cucian menjadi urusannya.
Hanya saja, semua tak berjalan sesuai rencana. Delapan jam per hari ternyata tak cukup menyelesaikan semua kebutuhan anak dan membereskan rumah. Tak perlu disebut lagi, piring kotor, tumpukan baju kotor, mainan yang berantakan.
"Saya tak punya waktu untuk mandi, bahkan untuk sedetik melakukan pekerjaan dengan tenang. Semua itu menjadi lebih tidak mudah setelah anak saya tak mau tidur siang dan lebih banyak bergerak,".... Ujar Petro.
Dia lantas meminta kenaikan gaji. Sang suami mengabulkannya. Ternyata itu semua tak cukup mengusir rasa jenuh dan lelahnya. Sekalipun Petro mengakui, sang suami selalu dengan ringan hati membantunya mengurus pekerjaan rumah tangga yang tak sempat terselesaikan.
Nah dibawah ini ada sebuah kisah dari seorang wanita bernama Mellisa Petro dari NewYork Amerika serikat yang memilih menjadi Irt namun sang suami harus mau menggajinya selama ia dirumah.π²π² Termasuk, mengurus kebutuhan anak dan membersihkan rumah. Serta, tanggung jawab keluarga lainnya. Buat menjalani kehidupan sebagai ibu rumah tangga, dia meminta bayaran sebesar USD 15 per jam atau setara Rp 213 ribu per jam.
Petro mengakui, sebelum menjadi seorang ibu dan masih bekerja, ia dan sang suami mempunyai pemasukan finansial yang setara. Bahkan, mereka berupaya membagi pemasukan agar sama rata digunakan demi memenuhi segala keperluan rumah tangga.
"Kami berdua bekerja full time, suami saya seorang konsultan di media digital. Sementara saya bekerja sebagai penulis lepas. Kami berkontribusi 50-50 untuk anggaran keluarga," ....Menurut penuturan Petro.
Kendati demikian, usai melahirkan, ia merasa tak mampu untuk mengatur waktu antara mengurus anak dan bekerja. Petro kemudian memutuskan berhenti bekerja. Petro pun meminta sang suami untuk membayar per jam sebagai ibu rumah tangga. Ketimbang harus membayar seorang pengasuh.
Sistem pembayarannya sederhana. Petro akan menghitung berapa jam dia bekerja setiap minggu lantas dikali dengan bayarannya per jam. Sekalipun memang, setelah sang suami pulang bekerja, dia mendapatkan bantuan mengurus anak. Namun, tetap saja, merapihkan dan membereskan rumah termasuk cucian menjadi urusannya.
Hanya saja, semua tak berjalan sesuai rencana. Delapan jam per hari ternyata tak cukup menyelesaikan semua kebutuhan anak dan membereskan rumah. Tak perlu disebut lagi, piring kotor, tumpukan baju kotor, mainan yang berantakan.
"Saya tak punya waktu untuk mandi, bahkan untuk sedetik melakukan pekerjaan dengan tenang. Semua itu menjadi lebih tidak mudah setelah anak saya tak mau tidur siang dan lebih banyak bergerak,".... Ujar Petro.
Dia lantas meminta kenaikan gaji. Sang suami mengabulkannya. Ternyata itu semua tak cukup mengusir rasa jenuh dan lelahnya. Sekalipun Petro mengakui, sang suami selalu dengan ringan hati membantunya mengurus pekerjaan rumah tangga yang tak sempat terselesaikan.

Sesuatu yang menarik akhirnya terjadi dalam rumah tangga mereka. Suami Petro kehilangan pekerjaan. Keadaan ini membuat mereka harus berganti peran.
"Dia bekerja untuk keluarga dengan mengurus rumah tangga termasuk mengurus anak, sementara saya kembali bekerja full time,".....Kata Petro.
Menurut Petro, pelajaran yang bisa diambil, dia bisa mendapatkan gaji lebih tinggi ketika kembali bekerja. Sebab, kemampuan multitasking yang terlatih saat dia mengurus anak dan kebutuhan rumah tangga.
BETAPA SULITNYA JADI IBU RUMAH TANGGA
Adapun suaminya akhirnya memahami betapa sulitnya menjadi ibu rumah tangga. Sekaligus mengurus seluruh keperluan anak.
"Pada akhirnya, kami belajar, mengurus balita dan bekerja 12 jam per hari ternyata lebih sulit dari yang kami bayangkan," .... Petro menjelaskan.
"Dan saat suami saya mendapatkan pekerjaan kembali, kami menyerahkan seluruh urusan rumah tangga dan mengurus bayi kepada pengasuh profesional,"....Petro memungkasi kisahnya.
Naah bagaimana anda yang wanita, Terutama Irt.....Ingin seperti yang dialami Petro?, Lalu bagi anda yang seorang Pria, Mau merogok kocek lebih dalam lagi demi gaji sang istri.? Baik apapun itu enak tidak enaknya tentu bisa anda musyawarahkan dengan pasangan anda masing-masing.
ππ "Dia bekerja untuk keluarga dengan mengurus rumah tangga termasuk mengurus anak, sementara saya kembali bekerja full time,".....Kata Petro.
Menurut Petro, pelajaran yang bisa diambil, dia bisa mendapatkan gaji lebih tinggi ketika kembali bekerja. Sebab, kemampuan multitasking yang terlatih saat dia mengurus anak dan kebutuhan rumah tangga.
Adapun suaminya akhirnya memahami betapa sulitnya menjadi ibu rumah tangga. Sekaligus mengurus seluruh keperluan anak.
"Pada akhirnya, kami belajar, mengurus balita dan bekerja 12 jam per hari ternyata lebih sulit dari yang kami bayangkan," .... Petro menjelaskan.
"Dan saat suami saya mendapatkan pekerjaan kembali, kami menyerahkan seluruh urusan rumah tangga dan mengurus bayi kepada pengasuh profesional,"....Petro memungkasi kisahnya.
Naah bagaimana anda yang wanita, Terutama Irt.....Ingin seperti yang dialami Petro?, Lalu bagi anda yang seorang Pria, Mau merogok kocek lebih dalam lagi demi gaji sang istri.? Baik apapun itu enak tidak enaknya tentu bisa anda musyawarahkan dengan pasangan anda masing-masing.
Sumber Artikel By : Liputan6.com
Itu baru cerita soal urusan rumah tangga belum lagi urusan melahirkan yg katanya sakit banget, wanita memang wonder! π "the power of emak2" πͺhihi.. tapi cerita diatas masih terlihat enak, karena duitnya banyak, bagaimana kalo miskin mgkn bakal lebih berat dari itu. Tapi sayangnya Dr. Herman jarang berterimakasih sama istrinya, dia malah jajan ππββοΈπββοΈ
ReplyDeleteVetul2 Suhu Jaey....Cuma Kalau masalah Miskin semuanya bisa diatur dengan cara semampu yang kita bisa atau dengan cara yang umum saja...ππ
DeleteKalau DR. Herman bukan nggak mau berterima kasih...Tetapi Karena ingin lebih dalam menjiwai seorang wanita makanya diharuskan banyak Jajan..π€£π€£π€£π€£
Kalo di Indonesia bisa jadi viral tuh kalo IRT minta digaji sama suaminya.π
ReplyDeleteTapi memang benar kalo pekerjaan ibu rumah tangga itu banyak sekali, dari bangun tidur udah nyiapin makanan buat suami dan anak, seterusnya cuci pakaian, belum belanja dan memasak. Makanya kalo suaminya minta kawin lagi kayak ustadz Satria perlu dilempar gas melon.π
πππ
DeleteSuuuueeee...π¬π¬π¬
Deleteπππ
DeleteWealah ini kisah nyata di luar negeri sana berarti ya kang satria
ReplyDeleteJadi kebolak balik gitu ya, xixixii
Lah tapi orang sana mah pakenya dollar, nolnya banyak wkwkww...
Tapi klo di orang sini mah sama aja ama nafkah yaaaaakk hoho...alias dinafkahi
Ya begitulah memang macem2 ya rumah tangga masing-masing orang xixiixi..βΊπ, antar satu rumtang belom tentu cucok diterapkan buat rumtang lainnya π
Yups!! Betul banget Nit..ππππππ
Deletememang susah jadi ibu rumah tangga
ReplyDeletemakanya harus menghargai dan mengapresiasi ibu rumah tangga
Wahh kalau diterapin di Indonesia dengan istilah digaji mungkin tidak akan banyak diterima, mungkin di Indonesia sendiri penamaannya lebih ke memberikan nafkah yang cukup untuk keluarga.. Walaupun keduanya sama sama bekerja atau malah sang istri memiliki gaji yang lebih besar pun, suami tetap harus memberikan nafkah walaupun tidak banyak..
ReplyDeleteKalau dilihat dari luar memang budaya sudah berbeda dengan di Indonenesia, kalau saya sendiri jika ada yang meminta gaji berdasarkan penentuan jam jam begitu yaa gimana yaa. Soalnya keluarga kan untuk membangun bersama, bukan sebuah perusahaan hha..